Bangsa Indonesia patut bersyukur karena memiliki bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia. India, Filipina, bahkan Cina sekalipun sampai hari ini masih berdebat soal bahasa kebangsaan yang akan mereka pakai.
Artikel Terkait
Bukan Sekali, Gunung Bromo Meletus
Badak Bercula Satu, Si Pemalu yang Hampir Punah
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Indonesia bukan lahir tercipta begitu saja dan tiba-tiba ada, tidak! Bahasa ini harus melewati serangkaian alur sejarah yang kompleks, njelimet. Bahasa Indonesia terus tergerus di antara bahasa daerah, bahasa gaul, dan bahasa SMS.
Indonesia dan Pembajakan
Tokek Terbesar: Antara Ukuran dan Harga Selangit
Kita tahu, sumber utama bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Lantas, mengapa bukan bahasa Melayu yang dipakai sehari-hari? Sebab, bahasa Melayu adalah bahasa daerah, bukan bahasa pemersatu. Oleh karena itu, ia tidak digunakan.
Bisa dipastikan dari Sabang sampai Merauke, dari Timor sampai Pulau Rote sudah banyak orang yang sudah menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghubung percakapan sehari-hari, walaupun aksennya masih dialek daerah setempat.
Dalam sejarah keindonesiaan, bahasa Melayu dan bahasa daerah dari berbagai suku di antero nusantara banyak mempengaruhi pertumbuhan bahasa Indonesia. Saat itu, perkumpulan pergerakan pemuda Indonesia mengangkat bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Tujuh belas tahun kemudian, saat Indonesia Merdeka, disebutkan pula dalam UUD 1945: “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia” (Bab XV, Pasal 36).
Peran dan Fungsi Bahasa
Bahasa memiliki banyak peran dan fungsi, berikut di antaranya
Sebagai alat berpikir, bernalar, merasa, berkomunikasi, dan bertindak.
Sebagai alat untuk mengerti dan memahami suatu hal. Walaupun, sebuah kata tidak serta-merta menunjukkan arti. Misalnya pada kata "bisa" yang berarti sanggup, mampu, boleh, dapat, harus, dan kata "bisa" di lain hal digunakan untuk menunjukkan bisa racun.
Sebagai alat pendorong terciptanya budaya dan peradaban. Transformasi nilai-nilai kebudayaan disampaikan melalui bahasa.
Sebagai simbol atau lambang.
Perkembangan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mengalami banyak perubahan karena orang menggunakan bahasa campuran dalam berinteraksi. Apalagi, sebagian besar masyarakat Indonesia adalah pengguna bahasa Inggris pasif. Parahnya, kadang bahasa Inggris serta-merta diterapkan begitu saja tanpa dipikir terlebih dahulu. Contoh kecil, pada saat kita masuk ke mall atau ke pusat-pusat perbelanjaan, di pintu masuk tertulis in lalu di pintu keluar tertulis out. Artinya, "dalam" dan "luar". Padahal, mungkin yang dimaksud adalah ke dalam atau tempat masuk (entry) dan keluar (exit). Memang, sebuah bahasa terkadang tidak menggunakan kaidah yang baik dan benar, tetapi lebih penting di atas semua itu adalah ketika seseorang berkomunikasi, sebuah maksud tercapai atau tidak, itu saja.
Remaja dan Bahasa Gaul Debby Sahertian
Mengapa kalau ada bahasa yang rusak, remaja selalu disalahkan? Bukankah akhirnya iklan juga banyak menggunakan bahasa remaja? Bahasa gaul terkadang dipakai di media massa online, offline, koran, televisi, bahkan media umum. Bahasa gaul (prokem, slengean) juga kerap dituduh sebagai perusak bahasa Indonesia.
Sekitar tahun 2002, artis Debby Sahertian memberanikan diri menerbitkan kamus kecil berisi daftar istilah yang biasa dipakai oleh remaja, biasa juga disebut dengan Kamus Bahasa Gaul, buku tipis ini terjual laris manis.
Apa perlunya sih bahasa gaul dan belajar gaul? Semua bergantung kepada keperluan masing-masing. Seorang pengajar (mentor) mungkin perlu sedikit mengetahui bahasa gaul sebagai selingan untuk mengajak berbicara anak didiknya yang remaja. Sebab, dunia remaja sangat unik, penuh tawa, dan kekonyolan.
Tetapi, bahasa gaul boleh dipelajari asal jangan mirip banci, kebanci-bancian. Tidak dipungkiri kaum banci di Indonesia turut menciptakan tren bahasa, gaya, bahkan acara-acara tv hampir rata-rata memakai tokoh banci. Mengapa? Karena banci dianggap lucu, hina, dan bisa jadi bahan ledekan. Padahal, belum tentu banci atau bencong mau diperlakukan seperti itu.
Apa itu Bahasa SMS?
Era bahasa gaul mungkin akan tergerus oleh revolusi bahasa SMS. Lantaran sudah terlalu sering menulis dengan gaya bahasa SMS, dalam surat elektronik (email) pun kita terbiasa meringkas, memendekkan kalimat, bahkan cenderung mengabaikan tanda baca dan huruf kapital.
Di inbox ponsel sering kita temukan kata atau kalimat seperti Titi DJ (hati-hati di jalan), Titi Kamal (hati-hati karena sudah malam), ternak teri (anter anak istri), Dedi Dores (dengan diiringi doa restu), bahkan lafaz Allah ditulis dengan 4jjj, atau assalamualaikum dengan ass, s4 (sempat), sex (sekali), gpp (gak apa-apa, tidak apa-apa), rmh (rumah), skrg (sekarang), kpn (kapan), blm (belum), mkn (makan), dmn (di mana), mhn (mohon), tlg (tolong), udh (udah-sudah), skt (sakit), mlm (malam), slmt (selamat), kbr (kabar), dan teramat banyak lagi yang belum tersebutkan.
Kepanjangan SMS dalam bahasa Inggris (Short Message Service). Kemudian, ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Surat Menyurat Singkat atau Surat Melalui Selular (SMS). Sebagian orang memang suka menulis singkat-singkat, sebagian lagi malah panjang-panjang. Anehnya, jika ada yang menulis menggunakan huruf kapital dalam SMS berarti bernada marah, padahal belum tentu demikian adanya.
Apa pun bisa terjadi di tengah perkembangan mutakhir bahasa Indonesia. Bahkan, bukan mustahil bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Mengingat struktur dan pembacaan bahasa Indonesia yang sangat sederhana.
Ayo, kita dukung bahasa Indonesia yang baik, santun, dan benar!
SEJARAH BAHASA GAUL
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.
Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).
Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu yang artinya matamu. Perubahan kata ini menggunakan rumusan penggantian fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan huruf T diubah menjadi G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang dibalik dengan melompati satu baris untuk masing-masing huruf. Bahasa ini dapat kita jumpai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya.
Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan anak-anak remaja. Dalam konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak remaja ini merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.
Daftar isi
1 Sejarah
2 Penggolongan
3 Distribusi geografis
4 Pemakaian resmi
5 Pengucapan
6 Tatabahasa
7 Bahasa prokem Tegal
8 Partikel yang sering dipakai
8.1 Deh/ dah
8.2 Dong
8.3 Eh
8.4 Kan
8.5 Kok
8.6 Lho/Loh
8.7 Nih/ ni
8.8 Sih
8.9 Tuh/ tu
8.10 Ya
8.11 Yah
-Sejarah
Bahasa prokem merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam pergaulan anak-anak remaja. Istilah ini muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu ia dikenal sebagai 'bahasanya para bajingan atau anak jalanan' disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.
Saat ini bahasa prokem telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer serperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan seringkali pula digunakan dalam bentuk pengumuman-pengumuman yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Karena jamaknya, kadang-kadang dapat disimpulkan bahasa prokem adalah bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, kecuali untuk keperluan formal. Karenanya akan menjadi terasa 'aneh' untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain menggunakan bahasa Indonesia formal.
Bahasa prokem senantiasa berkembang. Banyak sekali kata-kata yang menjadi kuno atau pun usang disebabkan kecenderungan dan perkembangan zaman.
-Penggolongan
Tiada penggolongan formal dari bahasa prokem, kecuali barangkali bahasa tersebut termasuk sebagai bagian ataupun cabang dari bahasa Indonesia.
-Distribusi geografis
Bahasa prokem umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa prokem bergantung pada kota tempat seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnis-etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut. Sebagai contoh, di Bandung, Jawa Barat, perbendaharaan kata dalam bahasa prokemnya banyak mengandung kosakata-kosakata yang berasal dari bahasa Sunda.
-Pemakaian resmi
Bahasa prokem bukanlah bahasa Indonesia resmi meskipun bahasa ini digunakan secara luas dalam percakapan verbal dalam kehidupan sehari-hari.
-Pengucapan
Cara pengucapan bahasa gaul dilafalkan secara sama seperti halnya bahasa Indonesia. Kosakata-kosakata yang meminjam dari bahasa lain seperti bahasa Inggris ataupun Belanda diterjemahkan pengucapannya, contohnya, 'Please' ditulis sebagai Plis, dan 'Married' sebagai Merit
-Tatabahasa
Struktur dan tatabahasa dari bahasa prokem tidak terlalu jauh berbeda dari bahasa formalnya (bahasa Indonesia), dalam banyak kasus kosakata yang dimilikinya hanya merupakan singkatan dari bahasa formalnya. Perbedaan utama antara bahasa formal dengan bahasa prokem utamanya dalam perbedaharaan kata.
Banyak orang asing yang belajar Bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa daerahnya masing-masing atau juga menggunakan bahasa prokem.
Contoh:
Bahasa Indonesia
Bahasa prokem (informal)
Aku, saya
Gue, gua (ditulis pula gw)
Kamu
Lu, lo (ditulis pula lw)
Penatlah!
Capek deh!
Benarkah?
Emangnya bener?
Tidak
Enggak
Tidak peduli
Emang gue pikirin!
-Bahasa prokem Tegal
Salah satu daerah yang memiliki bahasa prokem unik adalah Kota Tegal dan sekitarnya. Awal penggunaan bahasa prokem di Tegal adalah sejak perang melawan penjajahan Belanda. Laskar yang bergerilnya menggunakan bahasa sandi yang setelah era kemerdekaan masih tetap dipergunakan sebagai bahasa prokem hingga kini, disamping dialek Tegalan.
Bahasa prokem Tegal tidak menggunakan satu rumusan. Ada sebagian kata yang sekadar mengadopsi dari bahasa Arab seperti harem menjadi kharim (istri), distribusi fonem, seperti bapak/ bapa menjadi jasak, wadon (perempuan) menjadi tarok. Ada pula yang menggunakan variabel nama untuk seseorang yang sering jadi bahan olokan, obyek penderita, seperti Dalban, Waknyad, atau Mardiyah. Lantaran keragaman rumusan itulah mengakibatkan tidak semua orang (pendatang) dapat memahami bahasa gaul Tegal.
Jika mengacu pada contoh di atas, ada kosa kata yang tidak jelas perumusannya, seperti berikut ini:
Jakwir berasal dari kata batir (teman), semestinya dilafalkan (ditulis) jawir.
Jagin, berasal kata balik (pulang), namun sering diucapkan sebagai jegin
-Partikel yang sering dipakai
Sih, nih, tuh, dong, merupakan sebagian dari partikel-partikel bahasa prokem yang membuatnya terasa lebih "hidup" dan membumi, menghubungkan satu anak muda dengan anak muda lain dan membuat mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang berbahasa baku. Partikel-partikel ini walaupun pendek-pendek namun memiliki arti yang jauh melebihi jumlah huruf yang menyusunnya. Kebanyakan partikel mampu memberikan informasi tambahan kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia baku seperti tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut diucapkan.
1. Deh/ dah
Deh/ dah asalnya dari kata sudah yang diucapkan singkar menjadi deh/ dah atau udah. Namun dalam konteks berikut, deh/ dah ini sebagai penekanan atas pernyataan.
Bagaimana kalau ...
Coba dulu deh. (tidak menggunakan intonasi pertanyaan) - Bagaimana kalau dicoba dahulu?
Besok pagi aja deh. - Bagaimana kalau besok pagi saja?
Saya mau ...
Lagi deh. - Saya mau lagi.
Yang biru itu deh. - Saya mau yang biru itu saja.
Aku pergi deh. - Saya mau pergi dahulu.
Partikel ini tidak dapat dipakai di awal kalimat lengkap atau berdiri sendiri.
2. Dong
Partikel dong digunakan sebagai penegas yang halus atau kasar pada suatu pernyataan yang akan diperbuat.
Tentu saja ...
Sudah pasti dong. - Sudah pasti / Tentu saja.
Mau yang itu dong - Tentu saja saya mau yang itu.
Kata perintah atau larangan yang sedikit kasar / seruan larangan.
Maju dong! - Tolong maju, Pak/Bu.
Pelan-pelan dong! - Pelan-pelan saja, Kak/Dik.
Partikel ini tidak dapat dipakai di awal kalimat lengkap atau berdiri sendiri.
3. Eh
Pengganti subjek, sebutan untuk orang kedua.
Eh, namamu siapa? - Bung, namamu siapa?
Eh, ke sini sebentar. - Pak/Bu, ke sini sebentar.
Ke sini sebentar, eh. - Ke sini sebentar, Bung.
Membetulkan perkataan sebelumnya yang salah.
Dua ratus, eh, tiga ratus. - Dua ratus, bukan, tiga ratus.
Biru, eh, kalau tidak salah hijau. - Biru, bukan, kalau tidak salah hijau.
Mengganti topik pembicaraan
Eh, kamu tahu tidak ... - Omong-omong, kamu tahu tidak ...
Eh, jangan-jangan ... - Hmm... jangan-jangan ...
Berdiri sendiri: menyatakan keragu-raguan
Eh...
Selain 'eh' sebagai sebutan untuk orang kedua, partikel ini biasanya tidak dapat dipakai di akhir kalimat lengkap.
4. Kan
Kependekan dari 'bukan', dipakai untuk meminta pendapat/penyetujuan orang lain (pertanyaan).
Bagus kan? - Bagus bukan?
Kan kamu yang bilang? - Bukankah kamu yang bilang demikian?
Dia kan sebenarnya baik. - Dia sebenarnya orang baik, bukan?
Jika dirangkai dalam bentuk "kan ... sudah ..." menyatakan suatu sebab yang pasti (pernyataan).
Kan aku sudah belajar. - Jangan khawatir, aku sudah belajar.
Dia kan sudah sabuk hitam. - Tidakkah kamu tahu bahwa dia sudah (memiliki tingkatan) sabuk hitam.
Berdiri sendiri: menyatakan dengan nada kemenangan "Lihatlah, bukankah aku sudah bilang demikian"
Kan...
5. Kok
Kata tanya pengganti 'Kenapa (kamu)'
Kok kamu terlambat? - Kenapa kamu terlambat?
Kok diam saja? - Kenapa kamu diam saja?
Kok dia mukanya masam? - Kenapa dia mukanya masam?
Kok aku tidak percaya kamu? - Kenapa aku tidak dapat mempercayaimu?
Memberi penekanan atas kebenaran pernyataan yang dibuat.
Saya dari tadi di sini kok. - Saya mengatakan dengan jujur bahwa dari tadi saya ada di sini.
Dia tidak mencurinya kok. - Saya yakin bahwa dia tidak mencurinya.
Berdiri sendiri: menyatakan keheranan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata
Kok???
6. Lho/Loh
Kata seru yang menyatakan keterkejutan. Bisa digabung dengan kata tanya. Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam ekspresi.
Lho, kok kamu terlambat? - Kenapa kamu terlambat? (dengan ekspresi heran)
Loh, apa-apaan ini! - Apa yang terjadi di sini? (pertanyaan retorik dengan ekspresi terkejut/marah)
Lho, aku kan belum tahu? - Aku sebenarnya belum tahu. (dengan ekspresi tidak bersalah)
Loh, kenapa dia di sini? - Kenapa dia ada di sini? (dengan ekspresi terkejut)
Kata informatif, untuk memastikan / menekankan suatu hal.
Begitu lho caranya. - Begitulah caranya.
Nanti kamu kedinginan loh. - Nanti kamu akan kedinginan (kalau tidak menggunakan jaket, misalnya).
Aku mau ikut lho. - Aku mau ikut, tahu tidak?.
Ingat loh kalau besok libur. - Tolong diingat-ingat kalau besok libur.
Jangan bermain api lho, nanti terbakar. - Ingat, jangan bermain api atau nanti akan terbakar.
Berdiri sendiri: menyatakan keheranan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata
Lho???
7. Nih/ ni
Kependekan dari 'ini'.
Nih balon yang kamu minta. - Ini (sambil menyerahkan barang). Balon yang kamu minta.
Nih, saya sudah selesaikan tugasmu. - Ini tugasmu sudah saya selesaikan.
(I)ni orang benar-benar tidak bisa dinasehati - Orang ini benar-benar tidak bisa dinasehati
Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam ekspresi (umumnya tentang keadaan diri sendiri).
Cape, nih. - Saya sudah lelah. (dengan ekspresi lelah)
Saya sibuk, nih. - Saya baru sibuk, maaf. (dengan ekspresi menolak tawaran secara halus)
Sudah siang, nih. - Sekarang sudah siang. Ayo lekas ...
Untuk memberi penekanan pada subjek orang pertama
Saya nih yang tahu jawabannya. - Hanya saya yang tahu jawabannya.
Aku nih sebenarnya anak konglomerat. - Aku ini sebenarnya anak konglomerat.
Berdiri sendiri: memberikan/menyerahkan sesuatu kepada orang lain
Nih.
Lihat partikel "tuh/ tu".
8. Sih
Karena ...
Dia serakah sih. - Karena dia serakah. (dengan ekspresi mencemooh)
Kamu sih datangnya terlambat. - Karena kamu datang terlambat. (dengan ekspresi menyesal)
Digunakan tepat setelah sebuah kata tanya yang artinya kurang lebih "Sebenarnya ..."
Tadi dia bilang apa sih? - Sebenarnya apa yang dia katakan tadi?
Berapa sih harganya? - Sebenarnya berapa harganya?
Apa sih yang dia mau? - Sebenarnya apa yang dia mau? (dengan ekspresi jengkel)
Maumu kapan sih? - Sebenarnya kapan yang kamu mau?
Membedakan seseorang dari sekumpulan orang.
Tetanggaku semuanya miskin, tapi orang itu sih kaya. - Orang itu lebih kaya daripada yang lain.
Aku sih tidak akan terjebak, kan aku sudah belajar banyak. - (Yang lain boleh terjebak,) Saya pasti tidak akan terjebak, sebab saya sudah belajar banyak.
Kata yang mengakhiri satu pernyataan sebelum memulai pernyataan yang bertentangan.
Mau sih, tapi ada syaratnya. - Saya mau tetapi ada syaratnya.
Saya bisa sih, cuma ada beberapa yang ragu-ragu. - Saya bisa tetapi ada beberapa yang saya masih ragu-ragu.
Itu saya sih, tapi saya tidak bermaksud melukainya. - Itu sebenarnya saya, tetapi saya tidak bermaksud melukainya.
Kalau aku sih tenang-tenang saja. - Kalau saya sekarang ini tenang-tenang saja.
Partikel ini tidak dapat dipakai di awal kalimat lengkap atau berdiri sendiri
9. Tuh/ tu
Kependekan dari 'itu', menunjuk kepada suatu objek
Lihat tuh hasil dari perbuatanmu. - Lihat itu, itulah hasil dari perbuatanmu.
Tuh orang yang tadi menolongku. - Itu lihatlah, itu orang yang menolongku.
Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam ekspresi (umumnya tentang keadaan orang lain).
Kelihatannya dia sudah sembuh, tuh. - Lihat, nampaknya dia sudah sembuh.
Tuh, kamu lupa lagi kan? - Lihat, kamu lupa lagi bukan?
Ada yang mau, tuh. - Lihat, ada yang mau (barang tersebut).
Untuk memberi penekanan pada subjek orang kedua atau ketiga.
Dia tuh orangnya tidak tahu diuntung. - Dia sebenarnya orang yang tidak tahu berterima kasih.
Kalau jadi orang seperti Bapak camat tuh. - Jadilah seseorang seperti Bapak camat.
Kamu tuh terlalu baik. - Kamu orang yang terlalu baik.
Berdiri sendiri: menunjukkan sesuatu kepada orang lain
Tuh.
10. Ya
Ya di sini tidak selalu berarti persetujuan. Beberapa penggunaan partikel 'ya':
Kata tanya yang kurang lebih berarti "Apakah benar ...?"
Rapatnya mulai jam delapan ya? - Apakah benar rapatnya mulai jam delapan?
Kamu tadi pulang dulu ya? - Apakah benar tadi kamu pulang dulu?
Kalau bukan ini, ya itu
Kalau tidak mau, ya tidak masalah. - Kalau tidak mau tidak masalah.
Kalau mau, ya silakan. - Kalau mau silakan (ambil / ikut / beli / dll.)
Sebagai awal kalimat digunakan tepat setelah sebuah kalimat dengan nada bertanya.
Mahal? ya jangan beli. - Kalau mahal jangan dibeli.
Apa? (dengan ekspresi tidak percaya) Ya jangan mau dong. - Apa? Kalau begitu jangan mau.
Apa kamu bilang? Ya dilawan dong. - Apa kamu bilang? Tahu begitu seharusnya kamu melawan.
Berdiri sendiri: lawan kata 'tidak'; kependekan dari 'iya'; menyatakan persetujuan
Ya.
11. Yah
Selalu menyatakan kekecewaan dan selalu digunakan di awal kalimat atau berdiri sendiri.
Yah...
Yah, kamu sih - Ini karena kamu.
Yah, Indonesia kalah lagi - Indonesia kalah lagi (dengan ekspresi kecewa)
Yah, sudah selesai - Belum-belum sudah selesai.
Istilah Gaul Anak-anak Gaul
Bahasa Gaul merupakan bahasa anak-anak remaja yang biasa digunakan sebagai bahasa sandi. Bahasa ini mulai dikenal dan digunakan sekitar tahun 1970. Awalnya bahasa ini dikenal sebagai "bahasanya anak jalanan / bahasa preman" karena biasanya digunakan oleh para Prokem (sebutan untuk para preman) sebagai kata sandi yang hanya dimengerti oleh kelompok mereka sendiri. Belakangan bahasa ini menjadi populer dan banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Selain karena sering digunakan oleh para remaja untuk menyampaikan suatu hal secara rahasia (tanpa diketahui guru dan orang tua mereka), juga banyaknya media (televisi, radio, film, majalah, dan lain-lain) yang menggunakan kata-kata itu, sehingga bahasa gaul menjadi sangat populer.
Bahasa Gaul atau Bahasa Prokem terus berkembang dari masa ke masa. Ada sebagian kata yang diperkenalkan sejak tahun 1970an dan hingga kini masih sering dipakai. Namun tidak sedikit kata-kata itu sudah tidak dikenal lagi dan berganti dengan istilah lain yang lebih "funky". Kata-kata tersebut biasanya merupakan bahasa daerah yang dipelintir atau dipelesetkan artinya. Ada juga kata yang posisi konsonan dan vokalnya diubah sedemikian rupa, menimbulkan bunyi baru yang cukup unik dan lucu kalo didengar.
1. ALAY :
Singkatan dari Anak Layangan, yaitu orang-orang kampung yang bergaya norak. Alay sering diidentikkan dengan hal-hal yang norak dan narsis.
2. KOOL :
Sekilas cara membacanya sama dengan "cool" (keren), padahal kata ini merupakan singkatan dari KOalitas Orang Lowclass, yang artinya mirip dengan Alay.
3. LEBAY :
Merupakan hiperbol dan singkatan dari kata "berlebihan". Kata ini populer di tahun 2006an. Kalo tidak salah Ruben Onsu atau Olga yang mempopulerkan kata ini di berbagai kesempatan di acara-acara di televisi yg mereka bawakan, dan biasanya digunakan untuk "mencela" orang yang berpenampilan norak.
4. JAYUS :
Saya tadinya mengira kata ini merupakan singkatan, namun setelah saya telusuri, ternyata bukan. Arti sebenarnya adalah lawakan atau tingkah laku yang maunya melucu tapi tidak lucu.
Istilah Jayus populer di tahun 90an dan masih sesekali digunakan di masa kini. Dari cerita mulut ke mulut, konon ada seorang anak di daerah Kemang bernama Herman Setiabudhi yang kerap dipanggil Jayus oleh teman2nya. Jayus sendiri adalah nama ayah dari Herman (lengkapnya Jayus Kelana) yang seorang elukis di kawasan Blok M. Herman alias Jayus terkenal sebagai anak yang sering melawak tapi lawakannya kerap kali tidak lucu.
5. GARING :
Kata ini merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti "tidak lucu". Awalnya kata-kata ini hanya digunakan di Jawa Barat saja. Namun karena banyaknya mahasiswa luar pulau yang kuliah di Jawa Barat (Bandung) lalu kembali ke kota kelahiran mereka, kata ini kemudian dipakai mereka dalam beberapa kesempatan. Karena seringnya digunakan dalam pembicaraan, akhirnya kata ini pun menjadi populer di beberapa kota besar di luar Jawa Barat.
6. GANDENG :
Kata ini pun merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti "berisik". Sama seperti garing, kata ini dibawa dan dipakai oleh para mahasiswa luar Jawa Barat yang sempat kuliah di tanah Parahyangan itu, yang pada akhirnya membuat kata ini menjadi terkenal dan beberapa kesempatan dipakai.
7. BEGICHU / BEGICYU :
Biasanya kata ini disebutkan dengan penekanan di bagian belakang (yaitu memonyongkan bibir). Kata ini sendiri digunakan secara tidak sengaja oleh seorang anak kecil bernama Saipuddin, 3 tahun, asal Madura. Kata ini kemudian banyak dipopulerkan oleh artis. Salah satunya adalah Titi DJ.
8. MENEKETEHE :
Kata ini sebenarnya berasal dari kata "Mana Kutahu" dan diplesetkan oleh Tora Sudiro sekitar awal tahun 2000an, di acara Extravaganza TransTV. Istilah itu cukup populer dan saat ini cukup sering digunakan orang.
9. CING :
Saya mensinyalir kata ini sudah sering digunakan sejak tahun 1970an. Hal ini saya ketahui saat menonton film Si Pitung Banteng Betawi yang dibintangi oleh (alm) Dicky Zulkarnaen. Belakangan, di tahun 90an, kata ini mulai sering digunakan orang lagi, terutama setelah sering digunakan Debby Sahertian di sitkom Lenong Rumpi. Kata "cing" biasa digunakan sebagai sapaan untuk teman dekat. Misalnya, "Mau ke mana, Cing?"
10. EMBER :
Kata ini merupakan plesetan dari kata "Memang Begitu". Pertama kali dipopulerkan oleh Titi DJ yang secara tidak sengaja menyebut kata ini saat menjawab pertanyaan orang. Sejak itu, kata ini sering digunakan di berbagai kesempatan.
11. YIUK....!! :
Kata yang merupakan bentuk ajakan ini dipopulerkan oleh Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan (anggota grup GSP). Kata ini sempat populer di awal tahun 90an dan sering digunakan oleh Lenong Rumpi. Di awal tahun 2000an, kata ini kembali populer sejak digunakan oleh Indra Birowo dan Tora Sudiro di acara Exravaganza. Karena sering digunakan saat mereka berperan sebagai bencong, maka kata ini identik dengan panggilan kaum waria / bencong.
12. BONYOK :
Kata ini merupakan singkatan dari Bokap-Nyokap (orang tua). Tidak jelas siapa yang mempopulerkan kata ini, tapi kata ini mulai sering digunakan diperiode awal 2000an, ketika bahasa sms mulai populer di kalangan remaja.
Bokap (Ayah) dan Nyokap (Ibu) sendiri merupakan istilah yang telah populer sejak tahun 80an dan masih digunakan hingga hari ini.
13. BISPAK :
Merupakan singkatan dari kata "Bisa Pakai". Kata ini mulai populer di pertengahan 90an, dan biasanya digunakan sebagai kode rahasia untuk menyebutkan wanita / pria yang bisa "dipakai" (baca : ditiduri), tapi mereka sendiri tidak mau disebut PSK (Pekerja Seks Komersial), karena seringkali mereka melakukan hal itu "just for fun".Tidak jelas siapa yang mempopulerkan kata ini tapi dari penelusuran saya, kata ini sudah akrab dan sering digunakan oleh para Eksmud (Eksekutif Muda) Jakarta sekitar tahun 96an.
14. AKIKA :
Merupakan sandi untuk mengatakan "Saya". Kata ini pertama kali dipopulerkan oleh kaum waria di tahun 90an, yang dibakukan oleh Debby Sahertian dalam buku Kamus Gaul yang dibuatnya.
15. SUTRALAH :
Merupakan pemanjangan dan plesetan dari kata "Sudahlah". Kata ini juga dipopulerkan oleh kaum waria dan mulai populer di tahun 90an akhir.
16. SEMOK :
Berasal dari bahasa Jawa yang berarti "Montok". Kata ini belakangan sering digunakan orang untuk menggambarkan wanita yang cantik dan seksi.
17. LOL :
Kata ini belakangan ini sering dipakai, terutama dalam komunikasi chatting, baik di YM, FB, Twitter, atau pun komunitas yang lain. Kata itu merupakan singkatan dari Laugh Out Loud yang berarti "Tertawa Terbahak-bahak".
18. CENGLI :
Merupakan kata dari bahasa Hokkian yang berarti "Bertindak Adil". Kata ini memang lazim digunakan oleh masyarakat perantauan Tionghua dari suku Hokkia. Karena sering digunakan dalam percakapan bisnis, maka lama-kelamaan menjadi kata umum yang digunakan dalam kegiatan sehari2.
19. WIL dan PIL :
Merupakan singkatan dari Wanita Idaman Lain dan Pria Idaman Lain. Tidak jelas siapa yang mempopulerkan istilah ini, namun saya menemukan kata-kata ini sering digunakan dalam penulisan di majalah2 di era awal 2000an. Kedua kata itu biasa digunakan untuk menjelaskan wanita atau pria simpanan / selingkuhan.
20. AJIB :
Artinya Enak, Asyik, atau Klabing. Kata ini mulai populer di tahun 90an tatkala musik trance dan narkoba jenis shabu2 baru mulai populer. Kata ini biasanya digunakan oleh para penikmat kedua hal itu. Istilah ini diambil dari suara hentakan tempo musik trance yang kalo didengar dengar teliti memang terdengar seperti "Ajib, ajib.... ajib, ajib....".
21. ANJELO :
Merupakan singkatan dari Antar Jemput Lonte. Dari informasi yang saya peroleh, kata ini pertama kali digunakan sekitar tahun 2000an di daerah sekitar Bogor untuk menyebut Tukang Ojek yang menjadi langganan para penjaja cinta di sana.
22. JABLAY :
Kata ini dipopulerkan oleh Titi Kamal saat menyanyikan lagu berjudul sama dalam film Mendadak Dangdut (2006).Merupakan singkatan Jarang Dibelai yang mengandung arti lebih jauh sebagai ungkapan hati seorang wanita yang jarang mendapatkan belaian kasih sayang kekasihnya.
23. GETHO LOH..:
Kata ini berarti "Demikian / Begitu", yang merupakan penekanan dari sebuah penjelasan yang disampaikan oleh sang pembicara. Kata ini cukup terkenal di tahun 2007, karena sering digunakan oleh para penyiar radio (terutama radio anak muda) setiap kali selesai menjelaskan sesuatu. Kata ini makin populer manakala sering digunakan dalam berbagai percakapan yang bernada jenaka (sekaligus norak) di berbagai acara televisi.
24. BELAH DUREN :
Berasal dari istilah yang digunakan dalam lagu dangdut berjudul sama yang dinyanyikan oleh Julia Perez, kata "Belah Duren" merupakan istilah yang ditujukan buat para pengantin muda yang menikmati malam pertama. Belakangan kata ini mengandung makna ajakan untuk melakukan ML (Making love).
25. SECARA :
Kata ini sebenarnya adalah bahasa Indonesia, yang bermakna "Adalah". Namun kata ini menjadi populer di tahun 2006an di kalangan siswa-siswi SMU yang menggunakan kata ini sebagai kata ganti "Karena / Soalnya". Sesekali pula digunakan sebagai sisipan tanpa makna (hanya sebagai penekanan pada kalimat yang mereka katakan). Contoh pemakaiannya :
a. Gua gak bisa ke rumah lo neh hari ini, secara bokap gue lagi sakit.
b. Ya... gimana dong? Secara gue ini kan gaul...
26. SEGEDE GAMBRENG :
Kata "gambreng" berasal dari suitan anak-anak (hompimpah alaihum gambreng), yang menunjukkan siapa yang menang dalam suitan tersebut. Belakangan, sekitar tahun 2007an, kata ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang besar sekali (dan sulit diungkapkan dengan kata-kata).
27. SEGEDE GOBLOK :
Mirip dengan ungkapan "Segede Gambreng", kata "Segede Goblok" menunjukkan sesuatu yang besarnya luar biasa dan - sakin besarnya - jadi ga masuk akal. Gak jelas siapa yg mempopulerkan kata ini, tapi diduga kata ini pernah diucapkan oleh beberapa MC di televisi (entah Indra Bekti, Iva Gunawan, atau Ruben Onsu)
28. JUTEK :
Berasal dari kata yang sering digunakan oleh para PSK di awal tahun 2000an untuk menggambarkan pria yang sombong dan jarang tersenyum. Kata ini akhirnya menjadi kata umum yang digunakan untuk melukiskan orang yang menyebalkan, judes, galak, emosian, dan sombong.
29. BT / BETE :
Merupakan singkatan dari Boring Total. Tadinya orang menduga kata ini dipopulerkan oleh Dwiq saat merilis lagu "Bete" sekitar tahun 2008. Padahal kata ini sudah lama digunakan oleh para mahasiswa yang bosan dengan program perkuliahan mereka. Kata ini mulai populer dan digunakan di awal tahun 2000an.
30. KAMSUD :
Merupakan pembalikan konsonan kata "Maksud". Kata ini mulai populer, terutama di kalangan para cewek di ruang chatting dunia maya.
31. KATROK :
Orang kampung / orang desa. Kata ini dipopulerkan oleh Tukul Arwana saat membawakan acara Empat Mata sekitar tahun 2007an (kini berubah menjadi acara Bukan Empat Mata). Kata ini kemudian menjadi bahasa umum untuk menggambarkan orang yang kampungan / norak banget.
32. PRIKITIU :
Adalah celutukan yang ditujukan pada pasangan yang tertangkap basah melakukan perselingkuhan. Adalah Sule, seorang komedian lokal, yang melontarkan celutukan nakal yang kini menjadi bahasa pergaulan itu.
33. CUMI :
Merupakan singkatan yang mengandung banyak arti (tergantung CUMI yang dipakai adalah singkatan dari apa). Awalnya kata ini dipopulerkan oleh sebuah produk kartu telpon seluler di tahun 2008an, yang akhirnya berkembang menjadi bahasa gaul anak-anak remaja untuk menjelaskan kondisinya saat ini, seperti CUma MIkir, CUma MIScal, CUma MIrip, CUma MInjam, CUkup MIris, dan lain-lain.
34. KRIK :
Adalah suara jankrik. Istilah ini biasaya digunakan dalam pembicaraan di dunia maya, untuk menggambarkan kondisi yang sangat garing / tidak lucu. Kata ini berasal dari adegan film-film kartun yang sering menampilkan suasana hening - dengan latar belakang suara jengkrik - mana kala seseorang bercanda namun tidak lucu. Pemakaiannya cukup sederhana, yaitu saat menanggapi komentar / ucapan seseorang, penulis tinggal menulis kata "Krik" berulang-ulang, menandakan bahwa penulis menganggap ucapan orang itu gak lucu banget.
35. GAYUS :
Merupakan sebutan sindiran untuk orang yang gila uang dan berusaha mendapatkan uang dengan berbagai cara yang tidak halal. Ungkapan ini populer di awal tahun 2010 setelah seorang pejabat pajak negara bernama Gayus diciduk polisi lantaran ketahuan menilap uang negara sebesar Rp 67 milyar.
36. MOGE :
Awalnya kata ini merupakan singkatan dari Motor Gede dan dipopulerkan oleh kelompok penyuka motor gede tahun 2008 silam. Namun belakangan, kata itu diplesetkan banyak orang menjadi Motor Gelo yang ditujukan pada orang-orag norak yang suka bikin rusuh, mau menang sendiri, dan bikin muak banyak orang.
37. NI YEE... :
Merupakan ungkapan yang dipopuerkan oleh pelawak (alm) Diran di tahn 1985an, yang kemudian sering digunakan oleh para artis seperti Euis Darliah dan Jaja Miharja. Kata ini sempat populer kembali sekitar medio 1990-1999. Saat ini masih dipakai, walau tidak seintens dulu.
38. BONEK :
Singkatan dari kata Bondo Nekat yang berarti orang nekat yang gak bermodal apapun selain kemauan. Kata ini dipopulerkan oleh suporter Tim Sepakbola Persebaya - Surabaya di tahun 90an dan menjadi sebutan "kebanggaan" mereka. Saat ini, kata ini juga digunakan untuk orang-orang nekat yang gak kenal rasa takut.
39. GUE :
Adalah bahasa "resmi" yang kini banyak digunakan oleh kebanyakan orang (terutama orang dari Suku Betawi) untuk menyebut "Saya / Aku". Kata ini merupakan bahasa Betawi yang telah digunakan secara luas, jauh sebelum bahasa prokem dikenal orang.
40. LO / LU :
Sama seperti "Gue" kata ini pun sudah digunakan digunakan oleh Suku Betawi sejak bertahun-tahun lalu dan menjadi kata untuk menyebut "Anda / Kamu".
Selain kata2 di atas, berikut ini adalah kumpulan dari kata-kata bahasa gaul yang tidak jelas siapa yang mempopulerkannya, tapi saat ini sering digunakan. Sebagian besar merupakan singkatan dari dua-tiga kata atau pula istilah dari bahasa daerah tertentu yang penyebutan dan maknanya diplesetkan sehingga menimbulkan makna dan penyebutan yang terdengar lucu (kalo gak mau disebut norak) :
3G : Gagah, Ganteng, Gaul
Aa Gym GTL : Agak-agak Gimana Gito Loh
Abal-abal : Palsu
Ababil : ABG Labil
Amigos : Agak minggir sedikit.
Anjrit : Gila bener...!!!
Asusila : Asal Suka Silakan
Asoy : Asyik / enak (kenikmatan yang diperoleh dari menari).
Basbang : Basi banget
Bejos : Bodoh
Barbuk : Barang Bukti
Basreng : Baso Goreng
Berger :Bergerak / pindah
Bobi : Botak Biadab
Boam : Bodo amat
Bokis : bohong
Brondong : Pria muda yang tampan
Brownies : brondong manis
Bokep : sebutan untuk film blue (BF)
Bagasi : Bagus
BBS : Bobok-bobok Siang
Baratayudha : Berantem / berkelahi
Bohay : Body Aduhay
Bokis :Bohong / Menipu
Capcus : Cepetan
Cileduk :Cinta Lewat Dukun
CDMA : Capek Deh Males Ah
Cengil : Adil
Ceper : sebutan untuk orang bertubuh pendek
Camen : Cacat Mental / Gak Punya nyali
Cipoa : Menipu
Cekidot : plesetan dari bahasa Inggris “Check it out!”
Coil : Cowok Idaman Lain
Curcol : Curhat Colongan
Caper : Cari Perhatian
Carmuk : Cari Muka
Cireng : Aci digoreng
Dugem : Dunia Gemerlap (dunia hiburan untuk kaum pencari hiburan malam)
DDR : Daya Dong / Tangkap Rendah (sebutan utk orang bodoh)
Geje : Gak Jelas
Gokil : Gila
Gretong : Gratis / Gitu lo
Gebetan : Calon pacar
Geboy : merupakan pemanjangan dari istilah Asoy. Seringkali diucapkan “Asoy Geboy”.
GM : Germo Mucikari
Hadijah : Hati-hati di jalan juga
Hugel : Hubungan Gelap
Habsus : Habis
Hadijah: Hati-Hati di Jalan Jugah
Handycam : Makan pake Tangan
Hamdan ATT : sebutan untuk memanggil “Wanita Hamil”
IDL : Itu Derita Lo
Ilfil : Singkatan dari Ilang Feeling, yang berarti "Gak Suka"
Intel : Indomie Telor
Jarpul : Jarang Pulang
Jadul : Jaman Dulu (arti sebenarnya adalah sudah kuno / ketinggalan jaman)
Jorki : Jorok
Lola : Loading Lambat
Lekong : bahasa para waria untuk memanggil Laki-laki
Lebe : Lemah Berpikir
Lemot : Lemah Otak / Lambat
Metal : Melow Total
Modom : Istirahat / Tidur
Mupeng : Muka Pengen (orang yg wajahnya menunjukkan keinginan akan suatu hal)
Ngelonjor : Ngelamun Jorok
Ngemeng : Omong
Neting : Negatif Thinking
Ngastik : Gak Asyik
Nyabu : Nyarap Bubur (Sarapan Bubur)
OTW : On The Way (Sedang Dalam Perjalanan)
OJP : Ore Jelas Pisan (Gak jelas banget)
Omdo : Omong Doang (Bisanya cuman janji saja)
Omes : Otak Mesum
Ocre / Otre : OK
Oon : bodoh amat (singkatan dari kata "Bloon")
OMG / Omigot : Oh, My God
Pamer Paha : merupakan singkatan dari "Padat Merayat Tanpa Harapan"
Pembokat : pembantu rumah tangga
PDA : Plis Dong Ah
Poskul : Pulang Sekolah (dari bahasa Inggris “Post School”)
Pertamax : Nomer 1
PMDK : Pendekatan Menggunakan Dalih Kenalan
Pokil : Pelit / gak mau rugi
Pepede : Pegang-pegang doang
Pembalap : Pemuda Berbadan Gelap
Pewe : Posisi Wuenak
Pasutri : Pasukan Suami Takut Istrik
Pall Mall : Peluk Aku Lama-lama, Mainkan Aku Lemah Lembut
Posting : Positif Thinking
Rempong : Ribet / Susah
Rikiplik : Kuno / sudah usang / ketinggalan jaman.
SMP :Sehabis Makan, Pulang
STW : Setengah Tu We
Sotoy : Sok Tau
TP : Tebar Pesona
Tek Dung : untuk melukiskan wanita yang hamil (perutnya membesar)
Titi Kamal : Hati-Hati Kalo Malam
Titi DJ : Hati-hati di Jalan
Tajir : Banyak duit
Tuwir : udah tua banget
Waslap : plesetan dari bahasa Inggris “What’s Up?”
Woles : Santai
Perkembangan bahasa jaman sekarang
Diposting oleh
zhya chaliedah
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar